”Saatnya Memprioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja”

Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “Saatnya Mengutamakan Kesehatan Mental di Tempat Kerja” atau “Saatnya Mengutamakan Kesehatan Mental di Tempat Kerja”. Tema Kesehatan Mental tahun ini menyoroti kesehatan mental di tempat kerja, mulai dari kondisi tempat kerja dan manajemen stres hingga pentingnya inklusi dan pemberdayaan sosial. Tujuan dari tema ini adalah untuk memperjuangkan kesehatan mental di tempat kerja dan membangun praktik budaya kerja yang baik dimana pekerja mempunyai potensi untuk berkontribusi secara produktif dan berkembang.

Hari Kesehatan Mental Sedunia merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental di seluruh dunia dan memobilisasi upaya untuk mendukung kesehatan mental bagi semua orang. Gerakan ini lahir atas inisiatif Federasi Kesehatan Mental Dunia pada 10 Oktober 1992 atas inisiatif Wakil Sekretaris Jenderal Richard Hunter. Awalnya tidak ada tema khusus untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Tujuan awal yang dibangun adalah mengkampanyekan advokasi kesehatan jiwa dan mengedukasi masyarakat mengenai isu-isu relevan terkait kesehatan jiwa dan kesehatan jiwa. Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati dengan tema khusus yaitu “Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Jiwa di Seluruh Dunia”. Sejak itu, Hari Kesehatan Mental Sedunia mempunyai tema berbeda setiap tahunnya.

Setiap tempat kerja selalu mempunyai berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja atau dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stres di tempat kerja merupakan respon yang timbul pada seseorang yang dihadapkan pada tuntutan dan tekanan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya serta sulit untuk diatasi. Health and Safety Executive (HSE) pada tahun 2023 melaporkan 1,8 juta orang mengalami penyakit akibat kerja, 875.000 mengalami stres, depresi dan kecemasan (kondisi tersebut menurun dibandingkan tahun 2022 sebanyak 914.000 kasus). Ada 17,1 juta hari hilang karena stres, depresi, atau kecemasan terkait pekerjaan. Menurut State of the Global Workspace Report dari Gallup, pada tahun 2022 sebanyak 44% pekerja di seluruh dunia sering merasa stres. Negara di Asia Tenggara dengan tingkat stres tertinggi adalah Filipina 45%, Myanmar, Thailand, Kamboja masing-masing 39%, Singapura 38%, Laos 34%, Vietnam 32%, Malaysia 25% dan terakhir Indonesia 21%.

Menurut penelitian Qoyyimah dkk (2019), terdapat beberapa faktor penyebab stres pada pekerja yaitu tuntutan tugas (faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang seperti kondisi kerja, pengaturan kerja, lokasi fisik), tuntutan peran (berkaitan dengan tekanan). ditempatkan pada seseorang sebagai fungsi dari peran hal-hal tertentu yang dijalankan dalam suatu organisasi), tuntutan interpersonal (tekanan yang diciptakan oleh pegawai lain), struktur organisasi (gambaran suatu instansi yang ditandai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, ketidakjelasan mengenai jabatan , peran, wewenang dan tanggung jawab), dan kepemimpinan organisasi memberikan gaya pengelolaan pada organisasi (beberapa pihak di dalamnya dapat menciptakan iklim organisasi yang menimbulkan ketegangan, ketakutan dan kecemasan).

Strategi/usaha yang dapat dilakukan oleh organisasi atau pengusaha untuk mengatasi atau mencegah stres kerja pada karyawan.

Gaya kepemimpinan dalam mengelola suatu organisasi mempengaruhi kerja pegawai. Gaya kepemimpinan ini dapat memicu hasil positif atau bahkan negatif. Penelitian Kanda dan Arkan (2024) melaporkan bahwa pemimpin yang mampu memenuhi kebutuhan karyawan dalam hal pengembangan diri, peningkatan kemampuan, memberikan alternatif solusi, dan memiliki waktu berinteraksi dapat menurunkan tingkat stres kerja yang dirasakan. Dengan bimbingan dan arahan yang baik maka pegawai merasa terbantu dan lebih maksimal dalam menjalankan kinerjanya. Sebaliknya jika gaya yang diterapkan tidak tepat maka akan timbul dampak negatif seperti stres, ketidakpuasan, menurunnya komitmen yang dapat menurunkan kinerja pegawai. Struktur organisasi yang baik akan menurunkan tingkat stres pada karyawan. Organisasi merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan bersama. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan koordinasi dalam setiap langkah bersama sehingga dapat tercipta penataan individu yang produktif. Penelitian Putri et al. (2014) menyatakan bahwa struktur organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menimbulkan stres kerja pada karyawan. Ketidakjelasan kedudukan, ketidakjelasan informasi mengenai tugas dan wewenang seseorang dalam bekerja membuat pegawai sulit berkoordinasi dan berkonsentrasi dalam menyelesaikan suatu fungsi yang dipercayakan kepadanya. Peran dukungan sosial sangat penting bagi karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Lambert dkk. (2016) menyatakan bahwa memberikan dukungan sosial seperti dukungan psikologis, bantuan, umpan balik, dan motivasi kepada karyawan sangatlah berharga. Sistem dukungan sosial dapat memberikan inovasi yang mempercepat penyelesaian masalah di tempat kerja, sehingga menjadikan pekerjaan lebih produktif dan menyenangkan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Cahyani (2019) menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima baik dari atasan maupun rekan kerja sangat membantu karyawan dalam menjaga stres kerja agar tidak tinggi atau mengurangi stres yang ada sehingga dapat membantu meningkatkan kinerja. Manajemen atau pengusaha perlu mengidentifikasi beban kerja karyawannya. Menurut konsep keseimbangan ergonomis, baik beban kerja fisik maupun mental serta kemampuan fisik, kognitif dan keterbatasan manusia yang menerima beban kerja tersebut harus seimbang. Beban kerja yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan overstress dan beban kerja yang terlalu rendah dapat mengakibatkan understress. Analisis beban kerja/ Analisis Beban Kerja adalah salah satu metode yang dapat digunakan organisasi. Melalui analisis beban kerja membantu dalam menentukan alokasi waktu dan tugas setiap karyawan sehingga memungkinkan mereka bekerja secara efektif dan berkonsentrasi pada tugas-tugas prioritas. Menciptakan lingkungan kerja yang baik dan kondusif. Lingkungan kerja merupakan komponen yang sangat penting ketika karyawan melakukan aktivitas kerja. Lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kondisi kerja yang dapat memberikan pengaruh terhadap semangat dan motivasi karyawan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lahat dan Santosa (2018) bahwa terdapat pengaruh positif antara lingkungan kerja terhadap stres kerja, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,779 atau dapat dikatakan mempunyai tingkat pengaruh yang kuat.

Strategi/usaha yang dapat dilakukan oleh individu atau pekerja untuk mengatasi atau mencegah stres kerja.

Menerapkan konsep mindfulness. Mindfulness adalah suatu bentuk kesadaran penuh perhatian terhadap momen saat ini, tanpa menghakimi atau menolak pengalaman tersebut. Melalui latihan ini terbukti efektif mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Cara yang dapat dilakukan antara lain : belajar menerima diri sendiri, berolahraga tarik nafas dengan memejamkan mata dan merasakan momen, menikmati setiap momen dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, jalan kaki, mengendarai kendaraan, ngobrol dengan orang lain dan lain sebagainya, membayar. perhatian pada sekelilingmu. kita, kurangi penggunaan gadget, dan syukuri apa yang sudah kita miliki. Olahraga teratur berperan penting dalam mencegah stres. Lakukan olahraga 3-5 kali seminggu dengan durasi minimal 30 menit setiap kali. Kegiatan yang dilakukan antara lain senam, jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang. Olahraga dapat meningkatkan kadar endorfin dan menurunkan hormon kortisol dalam tubuh yang berperan dalam meningkatkan mood sehingga kita merasa nyaman dan bahagia setelah melakukan aktivitas tersebut. Manfaatkan waktu luang bersama keluarga/pasangan/teman. Menghabiskan waktu bersama keluarga/pasangan/teman bisa dilakukan dimana saja atau saat rekreasi bersama. Momen ini adalah kesempatan untuk berbicara, berbagi perasaan, dan mendapatkan dukungan emosional. Cara ini memberikan rasa nyaman dan aman, sehingga dapat menunjang kesehatan mental yang positif. Tidur yang cukup. Orang dewasa membutuhkan 7-8 jam sehari untuk tidur. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Eti Ben Simon dari Center for Human Sleep Science melaporkan bahwa kurang tidur berkontribusi terhadap meningkatnya kecemasan yang merupakan salah satu gejala stres. Kondisi ini terjadi karena kurang tidur dapat menutup area abu-abu di otak yang disebut medial prefrontal cortex (mPFC) yang berfungsi mengatur dan menekan kecemasan. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik. Gizi erat kaitannya dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang. Pasalnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kerja sel-sel tubuh, sistem imun atau imunitas tubuh, serta mempengaruhi respon tubuh terhadap stres. Ada beberapa jenis makanan yang baik untuk mencegah stres, yaitu makanan yang banyak mengandung multivitamin dan mineral (vitamin). B12, asam folat, magnesium, zinc, vitamin D), omega-3, probiotik, dan lain-lain. Penuhi kebutuhan air putih dengan minum 2 liter sehari dan hindari rokok dan minum kopi. Upaya yang paling penting dalam manajemen stres adalah rajin berdoa dan beribadah. Melalui ibadah dan doa kita bisa mengungkapkan segala keluh kesah kita, yang setelahnya seseorang akan merasa lebih tenang dan tenteram. Mohon hidayah, pasrah dan serahkan segala hasil kepada Tuhan Yang Maha Esa atas usaha yang telah dilakukan.

Selamat memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024. Kami berharap para pekerja di Indonesia tetap sehat jasmani, rohani, dan emosional agar dapat bekerja dengan berkualitas dan produktif.

Oleh: Dr. Fransiscus Buwana (Puskesmas Nanggulan)

Referensi Artikel

Akiyama T. Mengumumkan Tema Kesehatan Mental Dunia 2024. Diakses 6 Agustus 2024. https://wfmh.global/news/2024.24-04-17_wmhd2024-theme

Cahyani, Frianto A. Peran Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja Sebagai Peningkatan Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmu Manajemen Vol 7 No 3 (2019).

Dahuri D. Mengatasi Stres dengan Meningkatkan Kualitas Tidur. Diakses 7 Agustus 2024. https://mediaindonesia.com/humaniora/487632/atasi-stres-dengan-meningkatkan-kualitas-tidur

Diniari H. Analisis Stres Kerja Akibat Beban Kerja Mental Pada Karyawan PT Kerta Rajasa Raya. Jurnal MTPH Vol 3 No 2 (2019).

Kanda A, Arkan W. Gaya Kepemimpinan dalam Mengurangi Tingkat Stres Karyawan di Perusahaan. Jurnal Manajemen Bintang Vol 2, No 1 (2024) hlm 108-116.

Kevin A. Berbagai Kandungan Makanan untuk Mencegah Depresi. Diakses 12 Agustus 2024. https://www.alodokter.com/besar-makanan-dapat-mencepat-stres-dan-depresi-ini-besarnya.

”Saatnya Mengutamakan Kesehatan Mental di Tempat Kerja” Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Tema yang diusung tahun ini adalah ”It is Time to Prioritize Mental Health in the Workplace” atau ”Saatnya Mengutamakan Kesehatan Mental di Tempat Kerja”. Tema Kesehatan Mental tahun ini menyoroti kesehatan mental di lingkungan kerja, mulai dari kondisi tempat kerja dan manajemen stres hingga pentingnya inklusi dan pemberdayaan sosial. Tujuandari tema tersebut yakni memperjuangkan kesehatan mental di tempat kerja dan membangun praktik budaya kerja yang baik di mana pekerja memiliki potensi untuk berkontribusi secara produktif dan berkembang.Hari Kesehatan Mental Sedunia merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental di seluruh dunia serta untuk memobilisasi upaya dalam mendukung kesehatan mental bagi semua orang. Gerakan ini lahir dari inisia

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *