memuat…
Universitas Esa Unggul mengadakan konferensi internasional dalam bidang ilmu kesehatan. Konferensi ini menekankan pentingnya pembangunan kesehatan yang didukung oleh pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan kesehatan. Foto: Ist
JAKARTA – Universitas Esa Unggul menyelenggarakan konferensi internasional dalam bidang ilmu kesehatan. Konferensi ini menekankan pentingnya pembangunan kesehatan yang didukung oleh pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan kesehatan.
Konferensi yang mengusung tema βEsa Unggul International Conference of Health Science (EU-ICHS)β ini menghadirkan enam pembicara dari lima negara.
Rektor Universitas Esa Unggul Arief Kusuma mengatakan tema yang diangkat adalah pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan kesehatan, dan regulasi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Yang menekankan pentingnya pembangunan kesehatan berkelanjutan yang didukung oleh pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan dan kebijakan kesehatan, kata Arief, Selasa (15/10/2024).
Ia berharap konferensi ini dapat menghasilkan rekomendasi bagi upaya pembangunan kesehatan berkelanjutan di Indonesia. Selain konferensi internasional, kegiatan ini juga menampilkan hasil penelitian beberapa universitas di Indonesia, antara lain Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).
β(Kemudian) Universitas Sebelas Maret, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, dan Universitas Esa Unggul,β ujarnya.
Sebanyak 65 hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu kesehatan dipaparkan peserta dalam bentuk presentasi lisan dan presentasi poster pada hari kedua konferensi.
Acara ini juga menghadirkan Keynote Speaker, Sekretaris Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (Kemenkes) Kementerian Kesehatan, Etik Retno Wiyati.
Pakar medis dan keperawatan dari Taiwan Sophia Huey-Lan Hu, pakar kesehatan masyarakat dari Thailand Kanittha Chamroonsawasdi, pakar apoteker klinis dari Malaysia Hasniza Zaman Huri.
Selain itu, pakar sistem pangan berkelanjutan dari Kanada Tammara Soma, pakar hukum lingkungan hidup dari Indonesia Laely Nur Hidayah, dan pakar bioteknologi Riza Arief Putranto.
(jon)